The Walking Dead: No Man’s Land merupakan game resmi yang hadir berkat kerja sama developer Next Games dan saluran TV kabel AMC yang menayangkan seri televisi The Walking Dead. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila para karakter maupun latar pada The Walking Dead: No Man’s Land akan bersinggungan dengan kisah di televisi.
Dengan banyaknya iterasi game The Walking Dead yang beredar, seperti yang dirilis oleh Telltale Games, mungkin kamu jadi penasaran apakah game ini akan lebih baik dibandingkan berbagai versi lainnya? Yuk ikuti pengalaman saya memainkannya.
Cerita Sampingan dari Seri Televisi
Timing cerita di The Walking Dead: No Man’s Land dimulai pada saat Rick dan teman-temannya menimbulkan kekacauan dan melarikan diri dari Terminus. Di antara kekacauan yang terjadi, tiga tawanan lain di luar kelompok Rick ikut melarikan diri dari tempat mengerikan tersebut.Pelarian ketiga orang tersebut mempertemukan mereka dengan Daryl Dixon (yang diperankan oleh Norman Reedus), salah satu anggota penting di kelompok Rick. Ia kemudian memberikan petunjuk bagaimana cara mempertahankan diri di dunia yang sudah dikepung oleh para zombi. Petunjuk yang ia berikan sekaligus menjadi awal mula kisahmu di The Walking Dead: No Man’s Land.
Strategy RPG di Tengah Dunia Zombi
Secara garis besar, gameplay pada The Walking Dead: No Man’s Land merupakan perpaduan serasi antara strategy RPG dengan elemen city-building. Game akan menghadapkanmu dengan mode eksplorasi dan mode manajemen yang mengingatkan saya pada Final Fantasy Tactics dan Minions Paradise.Saya diajak mengendalikan sekelompok orang untuk melakukan eksplorasi di luar markas. Kelompok yang terdiri dari maksimal tiga orang tersebut akan menjelajahi berbagai tempat demi mencari perbekalan serta menyelesaikan misi.
Mode eksplorasi ini berjalan dengan sistem turn-based di mana kelompok yang saya kendalikan dan gerombolan zombi akan berjalan bergantian sesuai dengan jumlah langkah yang dimiliki masing-masing. Setiap anggota kelompok juga memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga saya dituntut untuk berstrategi menentukan posisi serta komposisi anggota tim.
Mode manajemen markas menjadikan saya sebagai pengelola yang mengambil berbagai keputusan demi keberlangsungan hidup kelompok. Saya diharuskan menentukan bermacam hal seperti fasilitas apa yang perlu dibangun, anggota kelompok mana yang akan dilatih, hingga siapa yang akan dipecat untuk memberi tempat pada anggota baru.
Kiamat Dunia yang Cukup Santai
Game survival dengan tema zombi sering mengangkat ketidakberdayaan sebagai unsur utama yang membentuk cerita. Salah langkah, maka karakter yang kamu kendalikan akan mati selamanya.Hal tersebut tidak berlaku di sini. Next Games mendesain The Walking Dead: No Man’s Land sebagai game survival yang cukup santai. Apabila salah satu anggota kelompok kehabisan HP karena terlalu banyak menerima serangan zombi, maka misi eksplorasi akan langsung berhenti serta permainan akan kembali ke markas tanpa satu orang anggota pun mati.
Karakter yang terluka parah akan dibawa ke fasilitas pengobatan untuk disembuhkan. Kamu tinggal menunggu beberapa saat sesuai dengan waktu tunggu yang tertera hingga karakter tersebut dapat diterjunkan kembali ke medan laga.
Next Games juga menyediakan misi mematikan yang akan memberikan status permadeath saat karakter yang kamu kendalikan tewas di tangan zombi. Walaupun demikian, keberadaan misi seperti ini cukup sedikit dibandingkan misi normal serta sering hanya bersifat opsional saja.
Keberadaan sumber daya juga merupakan hal yang tidak perlu dikhawatirkan di sini. Saya tidak pernah mengalami kekurangan selama memainkannya. Apabila persediaan menipis, saya cukup berhenti bermain dan melanjutkan kembali kehidupan seperti sedia kala. Sumber daya tersebut akan kembali terisi saat saya kembali bermain beberapa jam kemudian.
Keterbatasan Energi versus Kebutuhan untuk Grinding
Seperti kebanyakan game free-to-play, The Walking Dead: No Man’s Land membatasi sesi permainan dengan menggunakan sistem energi. Kemampuan saya untuk berjelajah atau meningkatkan efektivitas markas dibatasi dengan ketersediaan energi yang berjumlah sedikit.Energi di game ini digambarkan melalui bensin yang digunakan sebagai bahan bakar mobil ekspedisi. Bensin akan terpakai setiap kali saya pergi keluar markas dan akan terisi kembali setiap sepuluh menit sekali. Limitasi ini semakin dipersulit dengan sistem game yang akan meminta bensin lebih banyak sesuai dengan progres permainan saya.
Sistem energi ini juga berlaku untuk upgrade fasilitas di markas maupun peningkatan kemampuan anggota. Saya harus menunggu hingga satu fasilitas yang saya upgrade selesai, baru bisa melanjutkan ke fasilitas lain. Saya juga hanya dapat melatih satu anggota kelompok dalam satu saat, kecuali bila saya memiliki banyak fasilitas pelatihan.
Keterbatasan ini terasa kontras dengan kebutuhan untuk melakukan grinding. Seringkali game mensyaratkan agar anggota kelompok saya mencapai level tertentu sebelum terjun ke suatu misi. Persyaratan ini bisa dicapai dengan grinding, namun dibutuhkan waktu berhari-hari untuk mencapai satu objektif tersebut tanpa mengorbankan mata uang emas.
Skema Monetisasi yang Cukup Baik Hati
Semua waktu tunggu ini dapat dipercepat dengan menggunakan mata uang di dalam game berupa emas. Dengan menukar sejumlah batang emas, game akan mempercepat proses tunggu dan saya dapat langsung berusaha menyelesaikan objektif selanjutnya. Kabar baiknya, Next Games dan AMC telah mendesain skema monetisasi yang cukup baik hati di sini.Developer mengandalkan dua cara untuk mendapatkan penghasilan dari game ini. Saya diberikan tawaran untuk membeli sejumlah emas melalui IAP. Jumlah emas yang diperoleh bervariasi sesuai dengan harga IAP yang dibayar, dengan penawaran termahal mencapai Rp1,5 juta.
Bagi kamu yang tidak ingin merogoh dompet, game menyediakan juga reward tambahan bagi yang bersedia menonton tayangan iklan. Dengan menyaksikan video iklan, saya diberi tiga kesempatan tambahan untuk membuka sembilan kotak loot di setiap akhir misi.
Isi dari kotak loot tersebut cukup bervariasi. Walau kebanyakan hanya berisi ratusan poin EXP maupun persediaan makanan, beberapa akan memberikan puluhan batang emas hingga senjata langka. Dengan menonton iklan dan membuka 2/3 dari seluruh kotak yang ada, kesempatan untuk mendapatkan item langka juga semakin besar.
Grafis Berkualitas pada Platform Mobile
Grafis pada The Walking Dead: No Man’s Land sama sekali tidak mengecewakan. Next Games melakukan kerja bagus menggambarkan dunia The Walking Dead yang kelam, kejam, serta penuh perjuangan dalam gaya 3D.Nuansa kehancuran jelas terlihat pada setiap sudut kota. Penggambaran karakter, mimik wajah, serta penampilan zombi juga sangat mendukung tema kehancuran berkat pandemik mayat hidup di dunia The Walking Dead.
Kesimpulan: Cocok untuk Bernostalgia dan Mendampingi Cerita di Layar Kaca
Kisah pada The Walking Dead: No Man’s Land mungkin tidak akan ada sangkut pautnya dengan cerita di layar kaca. Hal yang menyatukannya hanyalah penampilan beberapa karakter di televisi sebagai cameo dan lokasi kejadian yang pernah ada di televisi.Game ini jelas menambah jajaran karya kreatif berkualitas yang diangkat dari seri komik The Walking Dead. Gameplay solid, skema monetisasi baik hati, serta kualitas grafis menawan di sini memiliki pesonanya sendiri untuk menarik hati semua kalangan, baik para penggemar seri The Walking Dead di televisi maupun orang awam.
Meskipun demikian, The Walking Dead: No Man’s Land jatuh ke lubang skema game free-to-play yang membutuhkan banyak grinding dan koneksi internet. Asalkan kamu cukup sabar memainkannya, saya rasa kamu tetap dapat menikmati waktumu bermain game ini.
Update: Tidak membutuhkan waktu lama bagi Next Games untuk merilis The Walking Dead: No Man’s Land di Android. Versi Android sudah mendukung fitur cross play sehingga kamu bisa saling meminjam anggota kelompok dari pengguna iOS ketika berusaha menyelesaikan misi. Segera unduh melalui tautan di bawah!
https://id.techinasia.com/review-the-walking-dead-no-mans-land
0 comments:
Post a Comment